BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah nasionalisme yang telah diserap kedalam bahasa Indonesia memiliki dua pengertian paham(ajaran) untuk mencintai bangsa dan Negara sendiri dan kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau actual bersama-sama mencapai, mempertahankan , dan mengabadikan identitas, integritas, kemakuran dan kekuatan bangsa itu. Dengan demikian, Nasionalisme berarti menyatakan keunggulan suatu afinitas kelompok yang di dasarkan atas kesamaan bahasa budaya dan wilayah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah nasionalisme di Eropa?
2. Bagaimana sejarah nasionalisme di Amerika?
3. Bagaimana sejarah nasionalisme di Asia?
4. Bagaimana sejarah nasionalisme di Afrika?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah nasionalisme di Eropa
2. Untuk mengetahui sejarah nasionalisme di Amerika
3. Untuk mengetahui sejarah nasionalisme di Asia
4. Untuk mengetahui sejarah nasionalisme di Afrika
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Nasionalisme di Eropa
Nasionalisme yang muncul di Eropa berbeda dengan nasionalisme yang muncul di Asia sebab Nasionalisme di Asia muncul sebagai reaksi terhadap kolonialisme dan imperialisme bangsa Eropa. Mereka menumbuhkan nasionalisme untuk melawan penjajahan.
2.1.1 Abad ke 17
Pada abad ke-17 muncul nasionalisme di Inggris yang diikuti dengan munculnya nasionalisme di Amerika dan Perancis pada abad ke-18.
2.1.2 Abad ke 19
Pada pertengahan abad ke-19 nasionalisme semakin berkembang di Eropa dari nasionalisme yang awalnya bersifat kemanusiaan berubah menjadi agresif dan memusuhi bangsa lain. Sejak itu muncullah negara-negara yang berusaha melakukan imperialisme dan kolonialisme. Nasionalisme Eropa terjadi pada masa transisi dari masyarakat feodal ke masyarakat industri yang menghasilkan paham kapitalisme dan liberalisme.
Bangsa Eropa pertama kali sampai di Asia Tenggara pada abad keenam belas. Ketertarikan di bidang perdaganganlah yang umumnya membawa bangsa Eropa ke Asia Tenggara, sementara para misionaris turut serta dalam kapal-kapal dagang dengan harapan untuk menyebarkan agama Kristen ke wilayah ini. Portugis adalah kekuatan Eropa pertama yang membuka akses jalur perdagangan yang sangat menguntungkan ke Asia Tenggara tersebut, dengan cara menaklukkan Kesultanan Malaka pada tahun 1151. Belanda dan Spanyol mengikutinya dan segera saja mengatasi Portugis sebagai kekuatan-kekuatan European utama di wilayah Asia Tenggara. Belanda mengambil-alih Malaka dari Portugis di tahun 1641, sedangkan Spanyol mulai mengkolonisasi Filipina (sesuai nama raja Phillip II dari Spanyol) sejak tahun 1560-an. Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau Perserikatan Perusahaan Hindia Timur yang bertindak atas nama Belanda, mendirikan kota Batavia (sekarang Jakarta) sebagai pusat perdagangan dan ekspansi ke daerah-daerah lainnya di pulau Jawa, serta wilayah sekitarnya. Inggris, yang diwakili oleh British East India Company, secara relatif datang ke wilayah ini lebih kemudian. Diawali dengan Penang, Inggris mulai memperluaskan kerajaan mereka di Asia Tenggara. Mereka juga menguasai wilayah-wilayah Belanda selama Perang Napoleon. Di tahun 1819, Stamford Raffles mendirikanSingapura sebagai pusat perdagangan Inggris dalam rangka persaingan mereka dengan Belanda. Meskipun demikian, persaingan tersebut mereda di tahun 1824 ketika dikeluarkannya traktat Anglo-Dutch yang memperjelas batas-batas kekuasaan mereka di Asia Tenggara. Sejak tahun 1850-an dan seterusnya, mulailah terjadi peningkatan kecepatan kolonisasi di Asia Tenggara. Kejadian ini, yang disebut juga dengan nama Imperialisme Baru, memperlihatkan terjadinya penaklukan atas hampir seluruh wilayah di Asia Tenggara, yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan kolonial Eropa. VOC dan East India Company masing-masing dibubarkan oleh pemerintah Belanda dan pemerintah Inggris, yang kemudian mengambil-alih secara langsung administrasi wilayah jajahan mereka. Hanya Thailand saja yang terlepas dari pengalaman penjajahan asing, meskipun Thailand juga sangat terpengaruh oleh politik kekuasaan dari kekuatan-kekuatan Barat yang ada. Tahun 1913, Inggris telah berhasil menduduki Burma, Malaya dan wilayah-wilayah Borneo, Perancis menguasai Indocina, Belanda memerintah Hindia Belanda, Amerika Serikat mengambil Filipina dari Spanyol, sementara Portugis masih berhasil memiliki Timor Timur. Penguasaan kolonial memberikan dampak yang nyata terhadap Asia Tenggara. Kekuatan-kekuatan kolonial memang memperoleh keuntungan yang besar dari sumber daya alam dan dan pasar Asia Tenggara yang besar, akan tetapi mereka juga mengembangkan wilayah ini dengan tingkat pengembangan yang berbeda-beda. Perdagangan hasil pertanian, pertambangan dan ekonomi berbasis eksport berkembang dengan cepat dalam periode ini. Peningkatan permintaan tenaga kerja menghasilkan imigrasi besar-besaran, terutama dari India dan China, sehingga terjadilah perubahan demografis yang cukup besar. Munculnya lembaga-lembaga negara bangsa modern seperti birokrasi pemerintahan, pengadilan, media cetak, dan juga pendidikan modern (dalam lingkup yang terbatas}, turut menaburkan benih-benih kebangkitan grakan-gerakan nasionalisme di wilayah-wilayah jajahan tersebut.
2.2 Sejarah Nasionalisme di Amerika
Masyarakat Amerika Serikat meskipun menjadi multi-etnis dan multi-budaya yang masih memiliki rasa identitas nasional dan sejarah; orang-orang yang tinggal di atau dari Amerika Serikat mengacu pada 'orang-orang Amerika', dan patriotisme sangat menonjol dalam kehidupan publik. Masyarakat dari Amerika Serikat meskipun memiliki multi. Etnis dan multi-budaya yang masih memiliki rasa identitas nasional dan sejarah; orang-orang yang tinggal di atau dari Amerika Serikat mengacu pada 'orang-orang Amerika', dan patriotisme sangat menonjol dalam kehidupan publik.
Nasionalisme adalah benar dan diakui terkait istilah untuk ideologi dan gerakan-gerakan politik, dalam masa kini Amerika Serikat, dan selama sejarahnya. Nasionalisme adalah benar dan diakui terkait untuk istilah ideologi dan gerakan-gerakan politik, dalam masa kini Amerika Serikat, dan selama sejarahnya. Itu tidak selalu sesuai dengan arus penggunaan istilah dalam politik Amerika, atau dengan pandangan yang menggambarkan dirinya 'nasionalis Amerika'. Itu tidak selalu sesuai dengan arus penggunaan istilah dalam politik Amerika, atau dengan pandangan yang menggambarkan dirinya 'Nasionalis Amerika'.
2.2.1 Sejarah Amerika Serikat
Amerika Serikat menelusuri asal-usulnya sepanjang perjalanan kembali ke koloni yang didirikan oleh Kerajaan Inggris pada awal 1600-an Setiap koloni diatur secara independen dan berada di bawah otoritas dari Crown, seorang penjajah tidak punya kewajiban untuk koloni lain selain mereka sendiri. Pada 1732, Kerajaan Britania Raya telah mendirikan 13 koloni Britania di Amerika. Ketika koloni-koloni menghadapi ancaman umum selama Perang Perancis dan Indian, Rencana Albany mengusulkan persatuan antara koloni. Meskipun gagal, ia menjabat sebagai referensi untuk diskusi masa depan kemerdekaan.
Segera setelah itu, koloni melenyapkan beberapa keluhan atas tindakan umum yang disahkan oleh Parlemen Inggris, termasuk pajak tanpa perwakilan. Ketika perselisihan memuncak, kolonis mulai melihat pemerintahan Inggris sebagai penindas dan memusuhi, dan mencari kerjasama dengan koloni lain untuk menanggapi. Kerjasama ini melahirkan Kongres Kontinental, Deklarasi Kemerdekaan, Perang Revolusi Amerika, dan akhirnya kemerdekaan. Hubungan antara negara diperkuat dengan ratifikasi Konstitusi Amerika Serikat.
2.2.2 Pasca Perang Saudara
Perang Saudara Amerika menandai transisi terbesar dalam identitas nasional Amerika. Ratifikasi dari amandemen Fifteenth Fourteenth dan menyelesaikan pertanyaan dasar identitas nasional: Siapakah yang sebenarnya warga negara Amerika Serikat? Di bawah amandemen, siapa pun yang lahir di Amerika Serikat dan tunduk pada yurisdiksi adalah seorang warga negara, tanpa memandang etnis atau status sosial. Namun, penduduk asli Amerika tidak memperoleh kewarganegaraan di bawah amandemen tersebut. Pada tahun 1919 semua Pribumi yang pernah bertugas di militer diberi kewarganegaraan penuh tapi sisa penduduk asli Amerika tidak termasuk sebagai warga negara hingga 1924, ketika Undang-undang Kewarganegaraan India disahkan oleh Kongres.
2.2.3 Nasionalisme di kontemporer Amerika Serikat
Nasionalisme tetap menjadi topik di Amerika Serikat. Profesor Paul McCartney dari Universitas Rutgers misalnya, berpendapat bahwa bangsa ditentukan oleh keyakinan dan misi., Amerika cenderung menyamakan kepentingan mereka dengan kemanusiaan mereka, yang pada waktunya akan memberitahu postur mereka pada dunia. Pembawa acara Talk show Michael Savages telah menyatakan dirinya sebagai nasionalis dan mendukung kebijakan “Borders, Bahasa dan Budaya” termasuk pengamanan UA-Mexico dan perbatasan US- Kanada, melestarikan bahasa Inggris sebagai satu – satunya bahasa di Amerika, dan menekankan konservatif libertarian identitas budaya. Nasionalis kontemporer di Amerika Serikat biasanya memuja bendera Amerika, Bill of Rights, militer dan sumber Kristen Amerika. Faktanya, bagaimanapun juga nasionalisme di Amerika tidak pernah mudah didefinisikan.
2.2.4 Pasca-2001 nasionalisme di Amerika Serikat
Pada tanggal 11 September 2001 serangan terhadap Amerika Serikat menyebabkan gelombang ekspresi nasionalis. Ini disertai dengan kenaikan enlistment militer yang mencakup tidak hanya berpendapatan rendah Amerika, tetapi juga kelas menengah dan atas warga negara berpendapatan.
2.2.5 Nasionalisme di Amerika Latin
Satu pertanyaan yang dibuat pada tahun 1938, Itu mengungkapkan penentuan negara Amerika (Utara, Selatan dan Tengah) untuk melindungi diri terhadap kegiatan asing yang mungkin mengancam mereka. Pemahaman ini antara benua Amerika itu dicontohkan ketika sejumlah negara-negara Amerika Latin menyatakan perang terhadap kekuatan Axis, setelah Jepang menyerang Amerika Serikat pada bulan Desember 1941. Bertetangga dan hubungan dekat antara Amerika Serikat dan negara-negara Amerika Latin. Hal ini dinyatakan dalam kesepakatan ekonomi, perdagangan menguntungkan menyediakan bahan-bahan mentah, dalam memberikan bantuan keuangan dan keahlian teknis, dan dalam perubahan antar sosial dan kepentingan budaya dan aktivitas. Solidaritas Pan-negara Amerika ditegaskan kembali oleh Perjanjian Pertahanan Belahan Barat, ditandatangani di Rio De Janeiro, pada tahun 1947. Dalam beberapa tahun terakhir, Amerika berusaha untuk bekerja sama dalam pembangunan ekonomi negara-negara Amerika Latin.
Inter-American Development Bank ini Didirikan pada bulan Januari 1960 dengan modal 1,000 juta dolar, di mana 450 juta berlangganan oleh dolar AS.
Pada bulan Maret 1961, Presiden Kennedy menciptakan Peace Corps untuk sementara, melalui perintah eksekutif. Pada bulan Maret 1961, Presiden Kennedy Menciptakan Peace Corps untuk sementara, melalui perintah eksekutif. Banyak warga AS menawarkan diri untuk pindah ke negara-negara Amerika Latin untuk membantu dalam program pembangunan mereka.
Pada bulan Maret 1961, Presiden Kennedy menciptakan Peace Corps untuk sementara, melalui perintah eksekutif. Pada bulan Maret 1961, Presiden Kennedy Menciptakan Peace Corps untuk sementara, melalui perintah eksekutif. Banyak warga AS menawarkan diri untuk pindah ke negara-negara Amerika Latin untuk membantu dalam program pembangunan mereka.
Inter-Amerika Trust Fund Kemajuan Sosial dibesarkan pada bulan Juni 1961, untuk melaksanakan Presiden Kennedy's "Alliance for Progress" program dan 600 juta dolar Amerika Sebagai bantuan yang diberikan kepada negara-negara Amerika Latin. Sebuah perkembangan penting dalam hubungan antara Amerika Serikat dan negara-negara Amerika Latin Penandatanganan Perjanjian adalah Terusan
Ini ditandatangani oleh Presiden Jimmy Carter pada 1977. Ini ditandatangani oleh Presiden Jimmy Carter pada 1977. Amerika Serikat telah menguasai Canal Zone pada tahun 1903 dan memastikan bahwa perjanjian ini bisa merebut kembali Panama Terusan Panama pada tanggal 31 Desember 1999.
2.2.6 Simbol Nasionalisme
Bangsa yang besar pasti memiliki simbol-simbol nasionalisme yang melekat pada diri mereka masing-masing, begitu pula dengan Amerika. Dalam salah satu buku, American Culture and Society, dijelaskan bahwa Amerika, setidaknya, memiliki tiga simbol nasionalisme, diantaranya; Bendera Amerika (U.S.), Bold Eagle, dan gambar James Montgomery Flagg (1877-1960) (yang dibawah gambar tersebut tertera tulisan; “I Want You for U.S. Army”)
1. Bendera
Bendera. Sudah menjadi sebuah keniscayaan bahwa, ciri khas dari eksistensi suatu bangsa, selain adanya warga Negara, bentuk pemerintahan, undang-undang, dan yang tak kalah pentingnya adalah adanya Bendera. Bendera sebagai simbol utama suatu bangsa memiliki peranan yang sangat penting. Karena fungsi utamanya adalah sebagai ciri karakteristik suatu bangsa tertentu. Dan secara tidak langsung, itu adalah ruh dari perjuangan. Bisa dipastikan, suatu bangsa akan murka apabila melihat benderanya di-injak-injak oleh pihak lain atau dilecehkan. Maka dari itu bendera itu laksana suatu muka. Tercoreng, tersobek atau terjatuh bendera itu, maka secara otomatis hilanglah harga diri bangsa tersebut.
2. Elang
Ada opini yang menarik mengenai simbol yang kedua ini. Orang Amerika bangga akan simbol elang karena mereka menganggap elang adalah hewan yang paling cerdas diantara hewan-hewan yang lain. Dan juga ini didasari oleh pepatah yang mengatakan; “An adroit man is such as an eagle which always hides its claws” [manusia yang pandai adalah laksana elang yang menyembunyikan kuku-nya]. Juga bila kita melihat fenomena elang apabila ingin mencengkram sesuatu (baik korban atau sasarannya), ia akan melakukan pengamatan dengan teliti terlebih dahulu sebelum melakukan aksi ‘maneuver’-nya itu. Dan tahukah anda, setidaknya, menurut Discovery Channel, tingkat keberhasilan elang itu mampu menembus diatas 92,5 %! Sungguh hal yang luar biasa!
3. James Montgomery Flagg (1877-1960) yang tertera tulisan “I Want you to be U.S. Army”.
Untuk penjelasan yang satu ini, mungkin kita harus membaca bukunya Suparman dan Sobirin Malian yang berjudul Ide-Ide Besar Sejarah Intelektual Amerika. Dalam salah satu bab buku tersebut mereka mencantumkan The Myth of West yang bernama Manifest Destiny. Manifest Destiny berarti juga “Salah satu kepercayaan kuat dikalangan orang Amerika yang berarti mereka ditakdirkan oleh Tuhan untuk turun dimuka bumi ini sebagai pemimpin dan penguasa dunia. Pemegang kendali tunggal atas segala kebijakan.
2.3 Sejarah Nasionalisme di Asia
Nasionalisme adalah politik atau filsafat sosial di mana kesejahteraan bangsa-negara sebagai suatu entitas yang dianggap penting. Nasionalisme pada dasarnya adalah keadaan pikiran kolektif atau kesadaran di mana orang percaya bahwa tugas utama mereka dan kesetiaan adalah kepada negara-bangsa. Seringkali nasionalisme menyiratkan superioritas nasional dan memuliakan berbagai kebajikan nasional. Jadi cinta bangsa mungkin terlalu menekankan; perhatian dengan kepentingan nasional dengan mengesampingkan hak-hak negara-negara lain dapat menyebabkan konflik internasional.
Nasionalisme adalah fenomena yang relatif baru-baru ini, mungkin lahir dengan Revolusi Perancis, tetapi terlepas dari sejarah singkat, telah sangat penting dalam membentuk ikatan yang terus bersama-sama bangsa-bangsa modern. Hari ini beroperasi di samping struktur hukum dan suplemen lembaga-lembaga formal masyarakat dalam memberikan banyak kekompakan dan ketertiban yang diperlukan bagi keberadaan negara-bangsa modern.
2.3.1 Kondisi yang diperlukan untuk Pembangunan
Bagi orang-orang untuk mengekspresikan nasionalisme itu pertama-tama perlu bagi mereka untuk mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari sebuah bangsa, yaitu, sebuah kelompok besar orang yang memiliki sesuatu yang sama. Munculnya kerajaan-kerajaan terpusat, yang menempatkan orang di bawah satu aturan dan dihilangkan feodalisme, dibuat ini mungkin. Kesadaran bahwa mereka mungkin memiliki sejarah umum, agama, bahasa, atau ras juga dibantu orang dalam membentuk identitas nasional. Ketika kedua identitas yang umum dan struktur otoritas formal atas wilayah yang besar (yaitu, negara) ada, maka nasionalisme menjadi mungkin.
Dalam manifestasi pertama kuat dalam Revolusi Prancis, nasionalisme dilakukan dengan gagasan kedaulatan rakyat, yang sebagian telah disimpulkan bahwa nasionalisme hanya dapat terjadi di negara-negara demokratis. Namun, tesis ini mendustakan oleh nasionalisme yang kuat yang menjadi ciri Kekaisaran Jerman dan kemudian Nazi Jerman. Mana nasionalisme muncul, dengan bentuk khusus adalah produk dari masing-masing sejarah bangsa tertentu.
2.3.2 Sejarah Perkembangan awal
Meskipun nasionalisme adalah unik untuk dunia modern, beberapa unsur-unsurnya dapat ditelusuri sepanjang sejarah. Akar pertama nasionalisme mungkin bisa ditemukan dalam Ibrani kuno, yang dikandung dari diri mereka sebagai orang kedua yang dipilih, yaitu, suatu bangsa secara keseluruhan lebih tinggi daripada semua orang lain, dan orang-orang dengan sejarah budaya yang umum. Yunani kuno juga merasa lebih tinggi daripada semua bangsa lain dan terlebih lagi merasakan perasaan kesetiaan yang begitu besar kepada komunitas politik. Perasaan superioritas budaya (etnosentrisme), yang mirip dengan nasionalisme, memberi jalan untuk lebih universal identifikasi di bawah Kekaisaran Romawi dan dengan Gereja Kristen melalui ajaran kesatuan kemanusiaan.
Seperti kerajaan-kerajaan yang terpusat kuat dibangun dari negara-negara feodal kecil, sebagai bahasa daerah dan bentuk-bentuk seni yang berkembang, dan sebagai melebar ekonomi lokal, identifikasi populer dengan perkembangan ini menjadi semakin kuat. Di daerah-daerah seperti Italia, yang belum satu bangsa, berulang invasi pemikir seperti seperti Niccolò Machiavelli untuk mengadvokasi federasi politik nasional. Perang keagamaan dari Reformasi mengatur bangsa melawan bangsa, meskipun loyalitas kuat terus mengikuti sultan. Ekonomi nasionalistis doktrin merkantilisme muncul.
Pertumbuhan kelas menengah, keinginan mereka untuk kekuasaan politik, dan akibatnya perkembangan teori politik yang demokratis yang berhubungan erat dengan munculnya nasionalisme modern. Para ahli teori Revolusi Perancis orang berpendapat bahwa pemerintah harus menetapkan kesetaraan dan kebebasan bagi semua orang.Bagi mereka bangsa tidak dapat dipisahkan dari rakyat, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah suatu bangsa dapat menciptakan sebuah pemerintah sesuai dengan kehendak umum bangsa. Meskipun tujuan mereka yang universal, mereka memuliakan bangsa yang akan menetapkan tujuan mereka, dan nasionalisme menemukan ekspresi politik pertama.
2.3.3 Abad Kesembilan Belas
Pada abad ke 19 nasionalisme menjadi luas dan kuat. Selama masa ini nasionalisme mengekspresikan dirinya dalam banyak bidang sebagai drive untuk persatuan nasional atau kemerdekaan. Semangat nasionalisme itu terus yang sangat kuat di Jerman, dimana pemikir seperti Johann Gottfried von Herder dan Johann Gottlieb Fichte telah mengembangkan gagasan Volk. Namun, nasionalisme yang mengilhami orang-orang Jerman untuk bangkit melawan kekaisaran Napoleon I adalah konservatif, tradisi-terikat, dan sempit daripada liberal, progresif, dan universal. Dan ketika Jerman terpecah akhirnya bersatu sebagai Kekaisaran Jerman pada tahun 1871, itu yang sangat otoriter dan militeristik negara. Setelah bertahun-tahun berperang, Italia juga mencapai penyatuan nasional dan kebebasan dari dominasi asing, tetapi daerah-daerah tertentu yang dihuni oleh Italia (misalnya, Trieste) tidak dimasukkan dalam negara baru, dan hal ini menimbulkan masalah irredentism. Di Amerika Serikat, di mana nasionalisme itu yang tampak dirinya dalam doktrin Manifest Destiny, persatuan nasional dipertahankan pada biaya Perang Saudara.
Di paruh kedua abad ke 19., Ada gerakan-gerakan nasionalis yang kuat di antara bangsa-bangsa tunduk pada supranasional Austria dan kerajaan Utsmani, karena ada di Irlandia di bawah pemerintahan Inggris, dan di Polandia di bawah kekuasaan Rusia. Pada saat yang sama Namun, dengan munculnya di Eropa yang kuat, terpadu negara-bangsa, nasionalisme menjadi semakin menjadi sentimen konservatif. Itu berbalik melawan gerakan internasional seperti itu sebagai sosialisme, dan menemukan outlet dalam mengejar kemuliaan dan kerajaan. Konflik nasionalis banyak yang harus dilakukan dengan membawa pada Perang Dunia I.
2.3.4 Pada Abad ke 20
Awal abad ke 20, Dengan pecahnya Austria-Hongaria dan Kekaisaran Ottoman, melihat pembentukan banyak negara yang independen, terutama melalui perjanjian damai mengakhiri Perang Dunia I. Konferensi Perdamaian Paris menetapkan prinsip nasional menentukan nasib sendiri, ditopang oleh Liga Bangsa-Bangsa dan kemudian oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sementara penentuan nasib sendiri adalah sebuah prinsip nasionalis, itu juga mengakui persamaan dasar dari semua bangsa, besar atau kecil, dan karena itu melampaui nasionalisme sempit yang mengklaim superioritas bagi dirinya sendiri.
Saat itu persis jenis terakhir ini nasionalisme Namun, yang muncul di Nazi Jerman, khotbah keunggulan yang disebut ras Arya dan perlunya pemusnahan orang Yahudi dan orang-orang Slavia perbudakan di "ruang hidup" Italia fasisme adalah dengan cara yang sama didasarkan pada sentimen nasionalis ekstrim. Pada saat yang sama, Asia dan Afrika wilayah kolonial, yang berusaha membuang kekaisaran obligasi, sedang berkembang gerakan nasionalis. Mungkin yang paling terkenal ini adalah Kongres Nasional India, yang berjuang untuk kemerdekaan India selama lebih dari 60 tahun. Setelah Perang Dunia II, nasionalisme di Asia dan Afrika seperti tersebar di kecepatan yang cepat puluhan baru "bangsa" yang dibuat dari bekas kolonial kepemilikan teritorial.
Meskipun saling ketergantungan dan komunikasi global yang saling berhubungan semua bangsa oleh 1990-an, nasionalisme tampaknya telah tumbuh lebih ekstrim dengan pecahnya imperium Soviet, pertumbuhan fundamentalisme Islam, dan keruntuhan Yugoslavia. Xenophobia, gerakan separatis tidak perlu terbatas pada negara-negara yang baru merdeka, mereka muncul di banyak negara Eropa dan Kanada, serta India, Iran, Irak, Turki, Libanon, Indonesia, Sri Lanka, dan banyak lainnya. Organisasi internasional seperti PBB, Uni Eropa, Organisasi Negara-negara Amerika, dan Organisasi Persatuan Afrika, mewakili upaya untuk mengekang ekstrem nasionalisme, menekankan kerjasama antar bangsa.
2.4 Sejarah Nasionalisme di Afrika
Nasionalime dan Pan-Africanism mendapat penerimaan luas di antara Afrika di tahun 1920-n, tetapi akar ideology mereka diperpanjang kembali ke abad 19 sebagai intelektual. Afrika barat mulai mempertanyakan keilmu-ilmuan teori-teori yang menyatakan orang kulit hitam adalah lebih rendah karena warna kulit mereka. Pan-Afrikanini bergerak secara alami keide-ide nasionalisme,yang gelisah untuk akses yang sama terhadap pendidikan dan lahan serta kebebasan politik dan ekonomi.
Pan berarti “Semua”, kehidupan Afrika berarti “Semua Afrika”. Ideologi Pan-Africanism dipromosikan ras kebanggaan dan mengklaim Afrika untuk Afrika, melainkan berbicara untuk semua Afrika, daripada berfokus pada kelompok etnis tertentu ataw bangsa. Dengan tidak adanya kekuatan politik, ,itu tidak bisa mengubah system colonial, tetapi hal itu mengartikulasikan masalah yang dialami Afrika di bawah pemerintahan colonial dan membantu membentuk dasar bagi nasionalisme.
Edward Blyden adlah terkenal pada abad ke 19 Afrika intelektual yang membantu menyebarkan ideology Pan-Afrika.Blyden menganjurkan iman islam dan poligami, yang menurutnya lebih sesuai untuk kepribadian Afrika. Dia mengutuk perkawinan campuran, bersikeras bahwa orang Afrika harus menjaga ras kulit hitam murni.Atas segalanya, berkhutbah Blyden kebanggaan rasial. James Johnson, seorang penginjil radika juga seorang pemimipin dalam Pan-Afrika revolusi intelektual. Afrika ia bersikerashanya bias diinjili oleh orang Afrika dan Eropa berpendapat bahwa kehadiran pembangunan Afrika dicegah karena engkau hancur unggul fisik, kemandirian dan keberanian, kemandirian orang-orang Afrika yang belum dating kedalam kontak dengan Eropa.
Kemudian pada tahun 1930-n ideologi negritude (kegelapan) yang tumbuh diantara Afrika berbahasa Prancis. Mahasiswa yang belajar di Prancis menggema beberapa ide yang dimsebarkan oleh Pan-Afrikanists awal. Orang-orang Afrika yang membela negritude berpendapat bahwa karakteristik dari ras kulit hitam-emosi, kemurahan hati,spintanitas-yang lebih unggul daripada karakteristik dari ras kulit putih. Menjadi hitam adalah sebuah kehormatan bukan beban. Mengejutkan,negritude hanya popular dikalangan orang Afrika berbahasa Prancis. Afrika berbahasa Inggris dengantegas menolak filsafat.
Nasionalisme berkembang sebagai ideologi politik yang menentang pemerintahan asing; tujuannya adalah untuk menggunakan sisitem colonial sebagai kerangka kerja untuk Afrika independent. Pendidikan barat sebagian besar bertanggung jawab untuk memproduksi Afrika elit yang memimpin penggulingan system colonial. Nasionalis itu hampir selalu dididik melalui system colonial di sekolah-sekolah misi. Sering kali mereka pernah belajar di Eropa atau Amerika untuk pasca pendidikan menengah. Eksposur mereka ide-ide barat tentang demokrasi dan kesetaraan menyebabkan mereka mempertanyakan bagaimana memperlakukan colonial Afrika di benua mereka sendiri. Mereka mulai melakukan agitasi untuk perubahan.
Berpendidikan barat elit yang memimpin gerakan nasionalis awal tergerak oleh sentimen Pan-Afrika, dan menuntut keadilan bagi semua orang Afrika daripada berfokus pada kelompok etnis tertentu atau bangsa. Menyatukan orang-oranng di bawah satu paying, nasionalis harus memp;unyai factor-faktor yang menarik bagi Afrika memiliki kesamaan. Dalam sebuah benua yang di tandai oleh keragaman, ini ternyata sulit. Di Sub-Sahar Afrika, nasionalis sering kali bergantung pada agama yang umum, seperti Kristen atau islam; comment bahasa, sering kalil bahasa penjajah, seperti bahasa Inggris atau Prancis; bersama sejarah dan budaya, dan kepentingan ekonomi.Di afrika utara, nasionalisme Pan-Islam bekerja menuju kesatuan semua umat islam kedalam satu kerajaan islam, sementara kelompok kedua nasionalis percaya bahwa kemerdekaan hanya bisa berhasil melalui ide-ide sekuler dan metode.
Awal perlawanan terhadap kolonialisme telah local dan kekerasan,seperti ditunjukan oleh pemberontakan Maji-maji di Tanzania. Tapi nasionalis Afrika antara 1919 dan 1935 memusatkan perhatian pada pembaharuan, bukan menggulingkan, system colonial. Asosiasi, gerakan-gerakan dan partai-partai politik, serikat pekerja, dan membantu gereja-gereja independent nasionalis untuk mencapai tujuan mereka dengan berpartisipasi dalam pemberontakan,pemogokan, dan boikot; memprotes melalui literatur dan petisi kepada pemerintah dan menghindari pajak atau bermigrasi.
2.4.1 Kebangkitan Apartheid
Pada tahun 1948, selepas berakhirnya Perang Dunia II, Partai Kebangsaan (NP) yang pro-Afrikaner , mengambil alih kuasa dan membawa bersama mereka ideologi apartheid, suatu pendekatan kuku besi dalam melaksanakan kebijakan perkauman, yang lebih zalim dari kebijakan-kebijakan perkauman kerajaan sebelumnya.
Sementara itu, pihak pembangkang berkulit hitam pula melalui perubahan yang besar. Pada 1943, satu kumpulan belia yang lebih agresif dan komited melancarkan sayap baru yang dipanggil "ANC Youth League", yang talah melahirkan banyak tokoh-tokoh politik hebat seperti Nelson Mandela, Oliver Tambo dan Walter Sisulu.
Pada 1961, kerajaan NP dibawah pimpinan Perdana Menteri HF Verwoerd mengisytiharkan Afrika Selatan sebagai sebuah republik selepas memenangi pungutan suara rakyat kulit putih. Selepas itu kerajaan melancarkan segregasi secara besar-besaran dengan mengharamkan perkawinan berlainan bangsa dan menghendaki setiap rakyatnya mendaftar diri berdasarkan bangsa atau warna kulit.
Segregasi perumahan kemudiannya dikuatkuasakan dimana komunitas berkulit hitam dipaksa berpindah kepada kawasan yang ditetapkan untuk kaum kulit hitam. Kerajaan Afrika Selatan juga merangka kebijakan untuk pembangunan berasingan, dan membahagi-bahagikan penduduk Afrika kepada "negeri-negeri" tiruan dengan "homeland"nya yang tersendiri dengan janji setiap negeri akan diberikan "kemerdekaan". Hampir 3.5 juta penduduk kulit hitam menjadi mangsa pemindahan ini dan ia menyebabkan meningkatnya kawasan setinggan di Arika Selatan. Rakyat kulit hitam dijadikan rakyat kelas dua dengan adanya "pass laws" dan kawalan influx yang dilaksanakan dengan ketat. Ini membangkitkan kemarahan dari pihak ANC dan pada 1949 mereka melancarkan Program Tindakan yang menolak dominasi kaum kulit putih dan menggalakkan tindakan protes, mogok dan demonstrasi.
Nasionalisme awal berubah setelah perang dunia II dari gerakan bagi kaum elit untuk sebuah gerakan massa. Pada tahun 1948, selepas berakhirnya Perang Dunia II, Partai Kebangsaan (NP) yang pro-Afrikaner , mengambil alih kuasa dan membawa bersama mereka ideologi apartheid, suatu pendekatan kuku besi dalam melaksanakan kebijakan perkauman, yang lebih zalim dari kebijakan-kebijakan perkauman kerajaan sebelumnya.
Sementara itu, pihak pembangkang berkulit hitam pula melalui perubahan yang besar. Pada 1943, satu kumpulan belia yang lebih agresif dan komited melancarkan sayap baru yang dipanggil "ANC Youth League", yang talah melahirkan banyak tokoh-tokoh politik hebat seperti Nelson Mandela, Oliver Tambo dan Walter Sisulu.
Pada 1961, kerajaan NP dibawah pimpinan Perdana Menteri HF Verwoerd mengisytiharkan Afrika Selatan sebagai sebuah republik selepas memenangi pungutan suara rakyat kulit putih. Selepas itu kerajaan melancarkan segregasi secara besar-besaran dengan mengharamkan perkawinan berlainan bangsa dan menghendaki setiap rakyatnya mendaftar diri berdasarkan bangsa atau warna kulit.
Segregasi perumahan kemudiannya dikuatkuasakan dimana komunitas berkulit hitam dipaksa berpindah kepada kawasan yang ditetapkan untuk kaum kulit hitam. Kerajaan Afrika Selatan juga merangka kebijakan untuk pembangunan berasingan, dan membahagi-bahagikan penduduk Afrika kepada "negeri-negeri" tiruan dengan "homeland"nya yang tersendiri dengan janji setiap negeri akan diberikan "kemerdekaan". Hampir 3.5 juta penduduk kulit hitam menjadi mangsa pemindahan ini dan ia menyebabkan meningkatnya kawasan setinggan di Arika Selatan. Rakyat kulit hitam dijadikan rakyat kelas dua dengan adanya "pass laws" dan kawalan influx yang dilaksanakan dengan ketat. Ini membangkitkan kemarahan dari pihak ANC dan pada 1949 mereka melancarkan Program Tindakan yang menolak dominasi kaum kulit putih dan menggalakkan tindakan protes, mogok dan demonstrasi.
Afrika yang telah berjuang bersama Eropa menyadari bahwa penakluk colonial mereka dapat dikalahkan.Italia invasi dari Ethiopia, Negara Afrika terakhir yang tetap independent menghasilkan kemarahan dan kepahitan diantara orang Afrika yang kemudian menjadi pemimipin di Afrika Independent. Kwame Nkrumah misalnya presiden pertama Ghana independent, berdoa ketika ia mendengar kabar tentang jatuhnya Ethiopia bahwa ia akan menjadi salah satu dari orang-orang yang menyebabkan system kekaisaran colonial dan mati. Setelah perang, India menjadi merdeka-satu lagi alasan Afrika untuk bergabung dengan gerakan nasionalis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nasionalisme adalah suatu paham yang timbul karena adanya perasaan senasib,persamaan ras, agama, kebudayaan, sejarah dan mempunyai satu tujuan yang sama. Jadi, nasionalisme suatu bangsa itu harus dijunjung tinggi karena untuk dapat menjadi suatu Negara yang merdeka dari penjajahan diperlukan suatu perjuangan yang sangt berat.
Sebagai generasi penerus kita harus bisa mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai.
3.2 Saran
Diharapkan supaya para pembaca dapat mengetahui tentang bagaimana sebuah negara berjuang melawan penjajah agar menjadi negara merdeka. Dimana para pejuang mempertaruhkan hidup dan mati demi membela negaranya. Oleh karena itu kita sebagai generasi penerus bangsa harus tetap terus memperjuangkan kemerdekaan yang telah di capai dengan susah payah.
Meskipun kami telah mengupayakan untuk menyajikan makalah yang sesuai dengan kebutuhan para pembaca, namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, sumbangan saran untuk perbaikan pembuatan makalah berikutnya sangt dibutuhkan. Mudah-mudahan makalah ini bergina bagi semua pihak, khususnya para pembaca.
.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Nasionalisme Eropa,( online),
(http://www.republika.co.id, diakses 1 Oktober 2009)
Jurnal Nasionalisme Amerika, (online),
(http://www.wiki pedia.com, diakses 1 Oktober 2009)
Jurnal Nasionalisme Asia, (online),
(http://e-dukasi.net, diakses 1 Oktober 2009)
Jurnal Nasionalisme Afrika, (online),
(http://e-dukasi.net, diakses 1 Oktober 2009)